Mengenal Sejarah Ringkas Kerajaan Funan
KOMPAS.com – Kerajaan Funan adalah salah satu kerajaan kuno yang berdiri pada abad pertama Masehi hingga abda ke-6.
Kerajaan ini didirikan oleh seorang raja yang bernama Kaundinya pada abad pertama Masehi. Kaundinya dipercaya sebagai seorang brahmana dari India yang menikahi seorang putri lokal. Inilah menjadi landasan pendirian kerajaan tersebut.
Kerajaan Funan mencapai masa kejayaannya pada abad ke-2 hingga ke-6 Masehi. Pada masa itu Kerajaan tersebut menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan di wilayah Indocina.
Kerajaan tersebut menjalin hubungan dengan negara-negara tetangga lainya. Seperti India, Tiongkok, dan negara Maritim Asia Tenggara.
Kerajaan tersebut sudah menjadi salah satu penghubung penting dalam jalur perdagangan antara India dan Tiongkok.
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Funan
Kerajaan ini memiliki peran penting dalam sejarah Asia Tenggara yang cukup berpengaruh.
Sejak pertengahan 1990-an pusat pemerintahan kerajaan ini diperkirakan terletak disekitar wilayah Vietnam dan Kamboja.
Kerajaan yang terletak di antara Sungai Mekong dan mencakup wilayah yang sekarang menjadi Kamboja dan Vietnam selatan.
Keberadaan Sungai Mekong ini memungkinkan kerajaan menjadi pusat perdagangan yang jaya.
Tempat itulah yang dipercaya oleh sebagian besar ahli sebagai ibu kota Kerajaan Funan pada zaman dulu.
Runtuhnya Negara Funan disebabkan
Secara umum runtuhnya kerajaan Funan disebabnya beralihnya rute perdagangan Internasional dari jalur sutra ke jalur laut. Berikut penyebabnya:
- Jalur perdagangan di seluruh Asia Tenggara yang diambil alih oleh China
- Berdirinya Kerajaan Sriwijaya sebagai kekuatan baru
- Peralihan pusat perdagangan ke Sumatera
Runtuhnya Kerajaan ini terjadi pada abad ke-6 Masehi akibat serangan dari kerajaan sekitar yang berpusat di wilayah yang sekarang menjadi Vietnam dan Kamboja.
Serangan ini membuat posisi Kerajaan Funan dan mengakibatkan pecahnya wilayah ke dalam beberapa kerajaan kecil.
Pada tahun 550. Kerajaan Funan dicaplok oleh Chenla, yang lokasinya saat ini masuk di wilayah negara Laos bagian selatan.
Selain itu, perubahan dalam jalur perdagangan yang mengarah ke Selat Malaka juga menyebabkan penurunan pengaruh dan kejayaan.