Sejarah Krisis Selat taiwan Kedua

Sejarah Krisis Selat taiwan Kedua

KOMPAS.com – Krisis Selat Taiwan ialah konflik bersenjata antara China dan Taiwan yang pertama kalinya meletus pada tahun 1954. Krisis Taiwan sudah terjadi tiga kali pada tahun 1954-1955 pada 1958 dan pada tahun 1995.

Krisis Selat Taiwan Kedua meletus pada 23 agustus 1958, Ketika pasukan komunitas Republik Rakyat China (RRC) kembali membombardir pulau Kinmen dan Matsu di Selat Taiwan yang diduduki oleh tentara nasional pimpinan Chiang Kai-Shek.

Taiwan merupakan jalur pelayaran internasional yang ramai dan terdapat pulau-pulau kecil disana. Pulau kecil yang lebih dekat dengan china daratan tersebut sempat membara di kala Krisis Selat taiwan Pertama pada tahun 1954-1955.

Perspektif dan Tantangan Indonesia dalam Kristin Selat Taiwan

Konflik yang terjadi di Selat Taiwan ini telah memicu sorotan internasioanl yang intensif. Peningkatan aktivitas militer Tiongkong mempertegaskan pertanyaan utama. Peristiwa dapat mencerminkan perubahan yang semakin nyata dalam dinamika kekuatan global dan regional dan menuntut analisis yang mendalam.

Sejarah memperlihatkan hubungan Amerika Serikat AS, Taiwan dan Tiongkok sering ditemani oleh ketegangan dan kerancuan. Pasca Perang kedua dan sepanjang perang dingin AS secara formal mengakui Tiongkok sebagai satu-satunya pemerintah Tiongkok.

Meskipun disisi lain juga memberikan dukungan militer terhadap Taiwan. Hal ini dapat menciptakan suasana yang kabur. Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya. Sementara Taiwan berupaya mempertahankan identitas dan kedaulatannya.

Faktor lain yang mempengaruhi situasi adalah peran Taiwan sebagai pusat manufaktur global. Khususnya dalam produksi komponen elektronik. Konflik di Taiwan dapat mengganggu rantai pasokan global dan berpotensi menghantam ekonomi banyak negara.

Untuk indonesia, Konflik ini dapat membawa dampak signitifkan dengan hubungan perdagangan yang kuat dengan Tiongkok dan AS. Serta banyak warganya yang bekerja dan belajar di ketiga negara ini. Akan dapat berdampak langsung pada kehidupan dan kesejahteraan banyak orang indonesia.

Prioritas utama Indonesia ialah mempertahankan netralitas dan mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan. Agar menjaga hubungan baik dengan semua pihak yang terlibat serta memastikan keselamatan dan perlindungan WNI di luar negeri.

Baca Juga : Nikola Tesla: Tokoh Sejarah Dunia Dengan Keanehannya